Memiliki Nama Kunyah

Dikabarkan dari Musa bin Isma’il, dikabarkan dari Hammad bin Salamah, dari Tsabit dari Anas bin Malik, berkata, ketika Nabishallallahu ‘alaihi wasallam berkunjung ke rumahku, sedangkan aku punya saudara yang masih kecil yang diberi kunyah Abu Umair. Dan dia punya burung kecil yang dia suka bermain dengannya. Tetapi burung tersebut mati. Maka nabi menemui anak kecil tersebut, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam melihatnya sedang bersedih. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya, apa yang terjadi? . Dikatakan kepada nabi,”burung kecil peliharaannya mati”. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallamberkata, “Wahai Abu Umair, apa yang dilakukan oleh An Nughoir (burung kecil)?” (HR. Bukhari).

Maka dalam sepotong kalimat dari hadist diatas dapat diambil beberapa faidah, antara lain:
  1. Bolehnya memberikan kunyah kepada seorang yang belum memiliki anak.
  2. Bolehnya seorang yang belum menikah – bahkan – anak kecil memiliki kunyah. [Catatan: pemberian kunyah tersebut tidaklah termasuk dusta, tetapi bermakna harapan kepada yang punya kunyah untuk memiliki anak].
  3. Bolehnya bercanda asalkan tidak mengandung kedustaan dan dosa.
  4. Bolehnya memelihara burung di dalam sangkar atau selainnya, asal dipenuhi kebutuhannya.
  5. Bolehnya mentasghir nama, walaupun nama hewan sekalipun.
  6. Bolehnya bersajak dalam ucapan, selama tidak dipaksakan.
  7. Menunjukkan tawadhu’nya nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sampai-sampai kepada anak kecil sekalipun.
  8. Pengeluaran orang tua untuk membelikan mainan anak, tidak terhitung menghamburkan harta, selama tidak berlebihan.
  9. Perintah untuk menghibur orang yang bersedih.
  10. Perintah untuk menyayangi dan berlemah lembut kepada anak kecil.
(Lihat Rossyul barod syarh Adabul Mufrad, karya Muhammad Luqman as Salafy halaman 450, dengan penambahan faidah).

Rekomendasi Untuk Anda × +
Previous
Next Post »