Masyithoh Tukang Sisir Puteri Firaun

Dahulu kala di Mesir hiduplah seorang raja yang sombong. Karena kesombongannya dia mengaku sebagai Tuhan. Padahal dia hanyalah manusia biasa. Dialah Raja Fir’aun. Fir’aun ini adalah gelar bagi setiap raja yang memerintah Mesir. Nama aslinya adalah Walid bin Mush’ab bin Royyan. Fir’aun ini hidup pada masa Nabi Musa’ -‘Alaihissalam-.

Fir’aun Mesir ini mempunyai seorang puteri. Setiap hari, puterinya ini selalu dilayani. Bahkan, rambutnya pun senantiasa disisir oleh seorang dayang, ia bernama Masyithoh. Suatu hari, ketika sedang menyisir rambut sang puteri, sisir yang dipegang oleh Masyithoh terjatuh!!!

“Bismillah .. !” Ujar Siti Masyithoh, tukang sisir sang puteri Fir’aun, ketika mengambil sisir yang terjatuh.

Sang puteri terkejut dan marah. “Hai Masyithoh, ucapkanlah: ‘Dengan nama Ayahku’!’

“Tidak!” Bantah Masyithoh. “Allah adalah Tuhan-ku, Tuhan-mu dan Tuhan ayah mu”.

“Ooo… Jadi kamu punya Tuhan selain Ayahku?” tanya putri Fir’aun.

“Benar” jawab Masyithoh.

Sang Puteri sangat marah. “Awas yah, aku akan melaporkannya pada ayahku!”.

Sang Puteri lalu menemui ayahnya dan mengadukan perihal Masyithoh, tukang sisir nya itu. Mendengarnya, Raja Fir’aun pun murka. Dipanggillah si tukang sisir menghadap Raja. “Wahai Masyithoh, benarkah kamu mempunyai Tuhan selain aku?” Tanya Raja Fir’aun.

Keimanan yang mengakar di hati Masyithoh tidak membuatnya takut kepada Fir’aun Mesir itu. “Benar, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah” tandasnya.

Wajah Fir’aun memerah karena marah!! Suaranya pun lantang memanggil para pengawal nya, “Hai para pengawal, cepat siapkan periuk mendidih!!!”.

Api pun berkobar. Periuk berisi air disiapkan di atasnya. Uap panas air mendidih terdengar menakutkan. Lalu Fir’aun menangkap semua anak Masyithoh. Tanpa kenal belas kasihan, Fir’aun Mesir, raja yang kejam ini, menceburkan satu demi satu anak Masyithoh. Masyithoh sangat haru melihat buah hatinya mati mengenaskan. Tapi keimanannya begitu kuat. Ketauhidannya begitu kokoh. Sehingga Masyithoh tetap tidak mau mengakui Raja Fir’aun sebagai Tuhan.

“Wahai Raja Fir’aun, aku punya permintaan” ujar Masyithoh, tukang sisir itu, ketika tiba gilirannya diceburkan ke dalam periuk mendidih. Di tangannya, dia mendekap anaknya yang masih bayi dengan penuh cinta.

Fir’aun berkata: “Katakanlah, hai Masyithoh, apa permintaan mu?!”.

“Jika kami mati, kumpulkan tulang ku bersama tulang anak-anakku dalam satu kain untuk dikuburkan!”, kata Masyithoh.

“Baiklah” jawab Raja Fir’aun.

Sambil menggendong bayinya, Masyithoh mendekati periuk. Namun, manakala matanya menatap bayi mungilnya yang dicintai nya, hatinya menjadi ragu. Kasih seorang ibu yang begitu mendalam pada anaknya membuatnya tak tega untuk masuk ke periuk mendidih. Ia tak tega untuk membunuh bayinya itu!

Tiba-tiba terjadilah keajaiban. Bayi mungil itu pun membuka lembut bibirnya dan berkata: “Hai ibu ku, ayo masuklah ke dalam periuk itu. Sesungguhnya siksa di dunia ini lebih ringan dibanding siksa di akhirat!”.

Lantas Masyithoh terkesima. Ia terharu mendengar ucapan bayi nya itu. Didekapnya anaknya itu, lalu ia pun menceburkan diri ke periuk yang mendidih. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.

Begitulah kisah menakjubkan tentang Masyithoh, tukang sisir puteri raja Fir’aun. Dia tidak mau menukar keimanan nya dengan apa pun walaupun harus dibayar dengan nyawa.

Kekejaman Raja Fir’aun tidak menggoyahkan keimanannya yang mengesakan Allah -‘Azza wa Jalla- semata. Subhanallah!

Sesungguhnya Allah -‘Azza wa Jalla- adalah Dzat Yang Maha Adil.

Perbuatan Masyithoh dan anak-anaknya tidak sia-sia.

Allah -‘Azza wa Jalla- membalas mereka dengan memasukkan mereka ke jannah.

Bahkan aroma tubuh mereka tercium sangat wangi!

(Hadits Riwayat Ahmad, Ath-Thabrani dalam Al-Kabair, Tafsir Ibnu Katsir). 
(src: https://ajaranislamyanghaq.wordpress.com/)
Rekomendasi Untuk Anda × +
Previous
Next Post »